Di dataran yang kering, batu-batu besar dan kecil meluncur dengan sendirinya.
Tak ada yang pernah melihat batu itu bergerak. Hanya jejak-jejak di atas permukaan tanah -- jadi satu-satunya bukti-- yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar bergerak.
Fenomena itu bukan dari planet alien, tapi terjadi di sebuah lokasi di Bumi. Tepatnya di Racetrack Playa di Taman Nasional Death Valley, California.
Pergerakan batu itu masih jadi misteri bagi kalangan ilmuwan yang menelitinya sejak tahun 1940-an.
Ada dua teori utama mengenai penyebab fenomena ini. Yang pertama mengatakan, penyebabnya adalah lapisan es tipis di atas permukaan tanah. Lainnya, yakin penyebabnya kelembaban dan angin.
Seperti dimuat situs Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), 17 mahasiswa dan lulusan Lunar and Planetary Sciences Academy (LPSA) NASA's Goddard Space Flight Center di Greenbelt baru-baru ini mengunjungi lokasi itu -- untuk menginvestigasi bagaimana batu-batu itu bergerak melintasi dataran yang nyaris kosong.
Beberapa batu diyakini bergerak secepat orang berjalan. Tapi, tak ada satupun pernah melihat batu-batu itu bergerak. Para ilmuwan juga belum menyimpulkan, apa sebenarnya yang membuat bebatuan bergerak.
Spekulasi yang beredar, karena dipindahkan hewan, pengaruh gravitasi, atau gempa bumi dengan cepat diabaikan, memberi ruang belajar dan spekulasi.
"Ketika melihat batu dan jejaknya yang menakjubkan, Anda akan memasuki ruang berisi ide tentang apa yang sebenarnya terjadi," kata Mindy Krzykowski, magang dari Universitas Alaska di Fairbanks.
Tim dibagi lima masing-masing dipimpin seorang ilmuwan Goddard. Tugas mereka, mengumpulkan data, koordinat GPS dari masing-masing batu dan memotonya.
Mereka menggali sensor kecil yang disebut Hygrochrons, yang atas seizin pihak Taman Nasional, telah terkubur tiga bulan sebelumnya. Sensor itu menangkap data suhu dan kelembaban.
Tim juga menandai batas jejak dengan paku payung, masuk ke celah-celah tanah liat untuk mengukur panjang, lebar, dan dalamnya. Mereka membenarkan pengamatan sebelumnya bahwa beberapa batu besar bergerak lebih jauh dari yang kecil.
"Apa yang terjadi di Racetrack Playa begitu rumit. Tidak segera diketahui, data apa yang sebenarnya relevan," kata Brian Jackson, salah satu pemimpin tim.
Dia dan koleganya telah mempelajari Racetrack Playa sejak tahun 2006 dan baru-baru ini menerbitkan sebuah laporan yang membandingkan situs itu dengan danau kering di satelit Saturnus, Titan.
Sempat muncul spekulasi bahwa apa yang terjadi di Racetrack Playa memiliki unsur yang membantu mereka bergerak.
Namun, batu-batu tersebut hanya batu dolomit gelap yang kebetulan ada di daerah dataran tinggi. "Batuan dolomit relatif umum. Justru lokasi di mana batu-batu itu ada yang membuat mereka spesial," tambah Jackson.
Leva McIntire dari Seattle Pacific University, memiliki hipotesis lain.
Dia menduga bahwa batu bergerak oleh regelation -- proses yang biasanya berhubungan dengan gletser dan gunung-gunung.
Regelation disebabkan oleh perbedaan tekanan pada dua sisi objek. Air di satu sisi tetap cair dan bocor di sisi lain, memerangkap gelembung udara di sisi kedua, yang berbentuk es.
McIntire berpikir ini bisa terjadi pada playa tersebut. Dia mencatat bahwa ada formasi gelembung-seperti di tanah liat di samping batu tertentu.
"Teori ini mungkin dapat menjelaskan bagaimana memindahkan batu besar," katanya, "karena tidak memerlukan daya pengapungan dari batu."
Belum disimpulkan penyebab pasti pergerakan batu. "Tak semua masalah dalam ilmu planet terpecahkan," kata Mindy Krzykowski. (umi)